Showing posts with label Info agama. Show all posts
Showing posts with label Info agama. Show all posts

Friday, December 3, 2010

Muharram, Get Inspired for Your Life

Assalam'alaikum
Happy Islamic New Year
Month of Muharram, the first month in th
e Hijri calendar. This month is one of the four-month illicit as Allah hath spoken, which means, "Verily, the number of months with Allah is twelve months, in the ordinance of God at the time He created the heavens and the earth, among them four months forbidden. That's what (provision) din that is straight, then do not be wronged you in four months, and fight it all the idolaters as they fight you all, and know that Allah is with those who fear Allah. " (At-Tauba: 36).

Four months as mentioned in the paragraph above
is Muharram, Rajab, Zulkaidah, and Dhul-Hijjah. Within four months of the Muslims are forbidden to wage war against infidels.

Primacy Muharam

"Fasting is the most important after the fasting of Ramadan is fasting the month of Muharram, is the most ritually pure prayer after the obligatory prayers is the prayer of the night." (Muslim)

Ibn Rajab al-Hanbali said, Muharam called syahrullah
(moon God) has two lessons.
First, to demonstrate the primacy and glory of Muharram.
Secondly, to show God's authority in proscribe Muharram. Pengharaman this month for the war is the absolute right of God alone, no one other than his right to change the prohibition and the glory of Muharram.

In Addition, Muharram Also has many virtues. One of Them is as the words of the Prophet. above, "Fasting is the most Important after the fasting of Ramadan is fasting the month of Muharram, is the most ritually pure prayer after the obligatory prayers is the prayer of the night." (Muslim).

Fasting on Muharram is highly recommended is the tenth day, the which is better known by the term 'aasyuura. Aisha - May God blessed - was asked about fasting 'aasyuura, he replied, "I never saw the Rasulullah saw. Fasting on a day That he really Expect Fadilah on that day on other days, except for fasting on the tenth day Muharam. "(Muslim).

At the time of the Prophet, Jews are also doing fasting on the day 'aasyuura. They inherited it from the Prophet Moses. From Ibn Abbas r.a., when the
Rasulullah saw. arrived in Madinah, Rasulullah saw the Jews fasting. Rasulullah saw. asked, "What day is this? Why are you fasting?" They replied, "It's a great day, the day when Allah saved Moses and his people and drowned Pharaoh. So he fasted as a sign of gratitude, then we too fast." Rasulullah saw. said, "We Muslims have more right and more mainstream to honor the prophet Moses than you."

Abu Qatadah said, Rasulullah saw. Said, "Fasting 'aasyuura taketh away the sin of one year, while fasting Arafat takes away the sins of two years." (Muslim, Tirmizi, Abu Daud).

Initially, fasting 'aasyuura obligatory. However, after
declining the command of fasting Ramadan, ruling on a sunna. Ayesha r.a. said, "Rasulullah saw. ordered to fast 'before falling orders aasyuura Ramadan fasting. When the fasting of Ramadan was ordered, the who wants to be fast' aasyuura and who do not Want to be not fast 'aasyuura." (Bukhari, Muslim, Tirmidhi).

Ibn Abbas r.a. mentioned, the
Rasulullah saw. fasting 'aasyuura and he ordered his Companions to fast. The Companions said, "This is a glorified day Jews and Christians. Then the Prophet. Said," Next year, God willing, We Will Also be fast on the ninth Muharam. "However, the year Following the Prophet Had Died. (Muslim, Abu David). Based on this hadith, this is sunah for Muslims to Also fasted on the ninth Muharam. Some scholars say, Should fast for three days: 9, 10, 11 Muharam . Ibn Abbas said: Rasulullah saw. said, "please Fasting on days' aasyuura and looks different with the Jews. please Fasting day before 'asyuura and the day after. "(Reported by Ahmad).

Ibn Seereen it says do this for Reasons of prudence. Because, Humans May be wrong in determining the entry of one Muharam. May it be That We think the ninth, but Actually it was the tenth. (Majmuu 'Syarhul Muhadzdzab VI/406).

And Allah knows best. source: alislam.or.id

Paid2YouTube.com Selengkapnya...

1 Muharram, Langkah Menuju Hidup yang Lebih Baik

1 Muharram. Sejarah demi sejarah telah dilalui oleh suatu bangsa dan seluruh umat, banyak kisah yang telah terlewatkan, namun sedikit di antara kita yang menyadari, bahkan tidak mengerti akan makna yang terkandung dalam sejarah yang pernah dilalui. Padahal Allah SWT tidak menjadikan suatu peristiwa dengan sia-sia, namun dibalik itu ada suatu ibrah (pelajaran) yang patut diambil untuk dijadikan pedoman bagi kehidupan berikutnya. Sebagaimana Allah SWT tegaskan dalam firman Nya :

Sesungguhnya dalam kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman”.
(Q.S. Yusuf ayat 111)

Begitu juga halnya bagi Nabi Muhammad SAW, sebagai sosok pendobrak kebatilan sekaligus pembawa perubahan umat, banyak sejarah dan peristiwa yang telah digoreskan. Di antara goresan sejarah yang sangat monumental dalam perjalanan hidup Rasulullah SAW adalah peristiwa hijrah dari kota Mekkah ke kota Madinah.

Perjalanan yang amat berat, penuh perjuangan dan tantangan. Beliau berkata ketika hendak meninggalkan kota Mekkah, “Aku cinta kepadamu hai Kota Mekkah, tempat aku dilahirkan. Namun apalah hendak dikata, aku diusir oleh penduduk negerimu sendiri”. Perpindahan yang sengaja dilakukan secara sembunyi-sembunyi, agar terhindar dari kejaran pasukan Kafir Quraisy, dan terpaksa bermalam di Gua Tsur. Rasulullah SAW saat itu pun sempat berkata, “Laa takhaf wa laa tahzan innallaha ma’ana” (jangan takut dan jangan bersedih hati, sesungguhnya Allah SWT berserta kita).

Dari kisah yang tragis dan mengandung makna mendalam tersebut, maka ditetapkan Muharram sebagai bulan pertama tahun penanggalan Islam oleh khalifah Umar ibnu Al Khattab atas saran dari menantu Rasulullah SAW, Imam Ali bin Abi Thalib. Muharram adalah salah satu dari empat bulan yang dimuliakan (Rajab, Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Muharram), di dalamnya dilarang melakukan peperangan dan tindak kekerasan lainnya.

Menjadi Lebih Baik
Hijrah, dalam kamus-kamus bahasa Arab, yang berawal pada huruf ha-ja-ra, yang berarti pisah atau pindah. Berarti beranjak dari satu tempat ke tempat lain, sehingga dikatakan sebagai hijrah dalam pengertian lahir. Sedangkan hijrah yang batin (maknawi) adalah adanya perubahan sikap dan perilaku (takhali, tahali dan tadzali).

Takhali adalah mengosongkan atau pengosongan, membuang sikap dan perilaku yang lalu, kemudian tahali yang artinya mengganti dengan sikap yang baru (yang bernilai lebih baik, tinggi, dan mulia, dst), dan tadzali merasakan nikmatnya (akibat), sebagai misal, berkat pemurah kita dilindungi orang, berkat suka menolong kita banyak memiliki teman dan beberapa kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada kita.

Islam juga mengajarkan, bahwa hari-hari yang dilalui hendaknya selalu lebih baik dari hari-hari sebelumnya. Setiap Muslim dituntut untuk selalu berhijrah, yaitu menjadi lebih baik dari hari ke hari, begitu seterusnya.

Dalam beberapa firman Allah SWT, hijrah dapat dikategorikan, antara lain, hijrah merupakan simbol akan iman yang hakiki (manifestasi iman sejati) dan hijrah sebagai ujian dan cobaan, karena setiap manusia yang hidup pasti akan mendapatkan suatu ujian, terutama bagi orang yang beriman. Setinggi apa derajat keimanan seseorang maka setinggi itu pula ujian, cobaan, dan fitnah yang akan dihadapi.

Meninggalkan harta, keluarga, sanak famili dan tanah air merupakan cobaan yang sangat berat, apalagi tempat yang dituju masih mengambang, sangat tidak bisa dibayangkan akan kerasnya ujian dan cobaan yang dihadapi saat manusia sudah mengikrarkan diri sebagai hamba Allah SWT
Hijrah sama derajatnya dengan jihad, karena hijrah merupakan salah satu cara mempertahankan akidah dan kehormatan diri maka Allah SWT mensejajarkannya dengan jihad dijalan-Nya yang tentunya ganjarannya pun akan sama dengan jihad
(Q.SAl-Baqarah : 218), (Q.S.Al-Anfal : 72, 74).

Momentum Introspeksi

Seyogyanya setiap muslim, menjadikan momentum Tahun Baru Hijrah untuk melakukan muhasabah (koreksi/instrospeksi/perenungan) atau mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang tidak bertentangan dengan syari’at Islam sehingga menjadi lebih bermakna. Sebagaimana para ulama memahami bahwa Hijrah Nabi Muhammad SAW merupakan satu titik baru pengembangan dakwah menuju kondisi masyarakat yang lebih baik.

Jika kita kaitkan makna hijrah dengan konteks sekarang khususnya Indonesia, apa yang dilakukan Rasul yakni hijrah dari Mekkah ke Madinah mungkin tidak bisa dan mungkin tidak perlu kita lakukan, tetapi jelas hijrah mengandung hikmah yang luar biasa. Beberapa ulama menjelaskan bahwa makna hijrah adalah meninggalkan negeri/daerah (syirik) menuju negeri tauhid, meninggalkan kondisi bid’ah menuju kondisi sunnah, serta hijrah (meninggalkan) kondisi yang penuh maksiat menuju kondisi yang sedikit maksiat atau terwujudnya amalan yang baik sama sekali.

Setidaknya hijrah yang dilakukan berkaitan dengan hijrah nafsiyah (individu) dengan berusaha menjauhkan diri dari melakukan perbuatan yang menyimpang dan berusaha memperbaiki diri untuk bersih dari segala perbuatan kotor, sehingga hati, jiwa dan raga serta segala perbuatan menjadi suci. Dan setelah itu mulailah dengan berusaha menghijrahkan keluarga, kerabat, tetangga, lingkungan dan masyarakat sekitar, hingga pada akhirnya membentuk komunitas yang siap melakukan hijrah secara utuh dan keseluruhan.

Sehingga, benarlah pendapat yang mengatakan bahwa hijrah adalah momentum perjalanan menuju tegaknya nilai-nilai Islam yang membentuk tatanan masyarakat yang baru, yakni masyarakat Islam.

Sesuai firman Allah SWT : “Barang siapa yang berhijrah di jalan Allah niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.
(QS. An Nisa : 100)

Dan mudah-mudahan tetap terwujudnya keberadaan manusia yang terbaik, sebagaimana Allah SWT katakan dalam firman Nya :Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia; melakukan amar makruf nahi mungkar, dan beriman kepada Allah SWT

(QS Ali Imran : 103).
Untuk itu, mulailah melakukan perubahan diri, siapapun kita, dan apapun profesi kita, sejak hari ini dan dari hal apapun.

Sembari melafazkan do’a untuk menyambut awal tahun hijriah.

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kepada Allah SWT kami bersholawat atas junjungan kami Muhammad SAW, ahli keluarga dan sahabat-sahabat baginda dan kesejahteraan ke atas mereka.

Ya Allah Wahai Tuhan Kami, Engkaulah yang kekal abadi, yang qadim. Yang awal dan atas kelebihan-Mu yang besar dan kemurahan-Mu yang berlimpah dan ini adalah tahun baru yang telah muncul di hadapan kami. Kami memohon pemeliharaan dari-Mu di sepanjang tahun ini dari syaitan dan para pembantunya dan dari bala tentaranya dan juga pertolongan terhadap diri yang diperintahkan melakukan kejahatan dan usaha yang mendekatkanku kepada-Mu Wahai Tuhan Yang Maha Agung dan Maha Mulia.

Ya Allah Wahai Tuhan Kami, Yang Maha Pengasih dari mereka yang mengasihi dan
Kepada Allah SWT kami bersholawat atas junjungan kami Muhammad SAW. Nabi yang ummi dan ke atas ahli keluarga dan sahabat-sahabatnya dan kesejahteraan ke atas mereka. Semoga Allah memberikan limpahan kasih sayang-Nya kepada negeri ini, dengan keberkahan dan kebaikan
Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb



Selengkapnya...