Showing posts with label Motivasi. Show all posts
Showing posts with label Motivasi. Show all posts

Saturday, December 25, 2010

“Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.
(QS. Al-Anfal: 22)
BERPIKIR dan bekerja merupakan kata yang patut kita sandingkan dalam membangun produktifitas kehidupan seorang muslim. Kerjasama kedua makna kata ini, bila kita laksanakan dengan benar akan melahirkan suatu kekuatan yang luar biasa. Bagi manusia yang mampu memaksimalkan kedua potensi ini, tentu predikat manusia produktif akan segera disandangnya.
Dalam al-Quran, banyak ayat yang memberi kita tuntunan agar bekerja secara produktif. Salah satunya, Allah menyatakan dalam QS. Yasin: 33-35, “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur. Dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?
Makna dari ayat tersebut mengajarkan dan menuntut setiap manusia agar bersyukur kepada Allah SWT. dengan cara beriman atas nikmat yang telah dianugerahkan-Nya. Nikmat itu, antara lain berupa Allah telah memberi kesempatan kepada manusia untuk bekerja secara produktif dan sukses dalam hidupnya. Posisi kesempatan yang diberikan Allah ini bergantung pada pekerjaan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Selain itu, kita harus menyandarkan diri terhadap segala yang telah diushakan tersebut kepada kehendak-Nya.
Dalam hal ini, untuk menciptakan kehidupan yang positif dan produktif, Muhammad al-Bahi mengungkapkan ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan. Pertama, mendayagunakan potensi yang telah dianugerahkan Allah untuk bekerja, melaksanakan gagasan, dan memproduksi. Kedua, bertawakal kepada Allah, berlindung, dan meminta pertolongan kepada-Nya pada waktu melakukan pekerjaan. Ketiga, percaya kepada Allah bahwa Ia mampu menolak bahaya, kesombongan, dan kediktatoran yang memasuki lapangan pekerjaan.
Nikmat lain yang patut disyukuri manusia ialah berupa kehendak Allah menyediakan lingkungan agar manusia dapat hidup di dalamnya. Pada ayat: “Dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka tersebut, telah mengajarkan bahwa menjadikan pekerjaan tangan sebagai pilar utama produksi (pertanian), bukan berarti seorang mukmin dibenarkan berlindung pada sikap fatalistik. Yakni sikap menunggu dan mengharapkan datangnya rezeki tanpa bekerja.
Memang Islam mengajak manusia untuk bertawakal kepada Allah, tetapi ia tidak mengakui sikap fatalistik itu. Apalagi untuk mendorongnya. Bertawakal kepada Allah, berarti mendayagunakan seluruh potensi untuk memikirkan cara-cara yang benar dan tepat dalam melakukan pekerjaan. Proses kerja ini dimulai dengan bertawakal dan bersandar kepada-Nya yang dipadukan dengan tujuan, perencanaan, program, dan pelaksanaan kerja.
DALAM bekerja, kita dianjurkan untuk mengembangkan “sayap kerjasama dengan setiap makhluk Allah, termasuk dengan alam sekalipun. Kerjasama dan solidaritas adalah naluri dasar yang selalu dimiliki makhluk Allah. Oleh karena itu, tidak ada makhluk satu pun yang dapat hidup menyendiri, sekalipun dalam koloninya sendiri.
Dalam kehidupan alam semesta, kita diajarkan agar melakukan kerjasama yang solid. Kehidupan semut, misalnya, selalu kerjasama dengan baik dalam menjalani hidup dan menghadapi bahaya. Bahkan setiap semut merupakan bagian dari suatu proses pemecahan masalah di antara mereka sendiri.
Waktu mencari makan, semut secara bersama-sama menyapu setiap makanan yang mereka temukan. Semua bisa berjalan dengan kecepatan sampai 20 km/jam dan dapat membunuh mangsanya sampai 20 ribu kali setiap hari. Ketika mereka kembali ke sarang, setiap semut pasti mengusung makanan untuk temannya (baca: semut perawat), yang bertugas khusus merawat jentik-jentik telur semut di sarangnya.
Semut merah, bahkan tak hanya bekerjasama dengan koloninya. Mereka selalu kerjasama dengan ulat bulu. Menurut Profesor Edward Wilson, semut-semut merah itu memanfaatkan liur ulat untuk lem bagi sarangnya. Selain itu, si ulat bulu juga mengeluarkan suara seperti musik yang sangat disukai para semut merah. Sebagai balasannya, semut merah akan memberi makan dengan jentik-jentik telurnya setiap hari, hingga ulat keluar dan tumbuh menjadi kepompong. Sungguh hal ini merupakan bukti kalau alam itu mengajarkan kepada kita tentang sebuah kerjasama yang sangat solid.
Jadi, masihkah kita akan menebar rasa permusuhan, saling curiga, dan perpecahan sesama anak bangsa dalam membangun sebuah tatanan produktifitas bangsa yang sedang tepuruk saat ini?
MELALUI akal, manusia dapat berpikir. Dengan pikirnya itulah, seharusnya manusia mampu menciptakan semangat kerja. Sehingga tak berlebihan bila Muhammad Utsman Najati mengungkapkan, pekerjaan manusia meliputi aspek rasio dan fisik. Jika manusia tidak bekerja maka berarti ia hidup tanpa memenuhi tugasnya.
Keberadaan rasio itu sendiri, sudah seharusnya dimaksimalkan untuk berpikir. Melalui pemikiran itu, manusia akan membuat garis lurus dalam kehidupan yang berfungsi sebagai benteng terhadap godaan hawa nafsu. Abdul Hamid Mursi menyebutkan, hawa nafsu tidak dapat mengalahkan pikiran kecuali jika manusianya banyak bersantai. Bekerja merupakan tugas dalam hidup manusia, karenanya manusia tidak boleh melakukannya dengan terpaksa. Lagian, bukankah manusia akan merasakan kenikmatan bila mengerjakannya dengan penuh kesadaran?
Akhirnya, masihkah kita akan mengabaikan potensi pikir, kerja, dan produktifitas dalam hidup, yang telah Allah anugerahkan kepada setiap diri manusia ini? Yang pasti, Allah akan menjujung tinggi manusia yang berpikir dan merendahkan orang yang tidak menggunakan pikirnya pada tingkatan di bawah hewan. Allah berfirman, “Sesungguhnya binatang (makhluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa pun.(QS. Al-Anfal: 22). Wallahu’alam.***
Selengkapnya...

Thursday, December 23, 2010

Jatah bulanan .... Aman..... ?


Dalam beberapa kali menjalani usaha, saya selalu menghadapi kendala. Bukan satu dua, banyak malah. Tapi, dari semua kendala itu, justru saya belajar banyak hal. Salah satu adalah soal jatah bulanan. Lo kok, ada jatah bulanan? Emang pengusaha juga orang gajian?

Yang saya maksud dengan jatah bulanan sebenarnya adalah istilah saya untuk mengamankan keperluan bulanan (baca: harian). Sebab, jika kita tak waspada, usaha yang kita jalankan ketika mengalami penurunan, jatah untuk hidup sehari-hari bisa terganggu. Dan, akibat terganggunya arus kas harian ini, buntutnya bisa panjang lo… Otak panas, kebingungan menentukan arah, pikiran kalut, dan yang pasti, semua hal itu akan mengganggu kita dalam menjalankan usaha.

Sebagai pengusaha

tentu kita selalu mengharapkan untung. Dan, jika yang didapat untung besar, pastilah hal ini akan sangat membantu pengembangan usaha kita. Karena itu, tak jarang, kita selalu berusaha mendapat dan mencari “ikan-ikan besar” demi memperoleh orderan besar.

Tentu, hal tersebut tak salah. Sebab, adanya orderan besar pasti akan jadi darah segar bagi sebuah usaha kita. Tapi, yang jadi masalah biasanya orderan besar ini selalu banyak pemain yang berebut di dalamnya. Ibarat ladang emas, yang berusaha menguasainya pastilah banyak pihak. Akibatnya, order besar ini biasanya lebih sulit memperjuangkannya. Kalau pun dapat, kadang memerlukan banyak pengorbanan, dan bahkan kadang, perlu sogokan.

Yang terakhir disebut itu mungkin sudah jamak kita jumpai di dalam ranah kehidupan bisnis di tanah air. Karena itu, bagi yang miskin koneksi, kadang untuk memenangkan tender proyek-proyek besar sangat sulit. Tapi, jangan kuatir, sebenarnya “ikan-ikan kecil” pun kalau dikumpulkan juga akan memberikan keuntungan yang sama besar, atau bahkan bisa lebih besar.

Contoh nyata ada pada salah satu kenalan saya yang berjualan pulsa. Karena ia hanya mengambil untung sedikit dari pulsa yang dijual, ia justru dikenal sebagai penjual pulsa yang murah. Akibatnya, ia pun laris manis mendapat banyak konsumen yang membeli pulsa padanya. Akibatnya yang lain, ia pun dikenal sebagai penjual yang serbamurah, sehingga orang pun akan membeli padanya saat akan membeli handphone.

Yang saya sebut sebagai jatah bulanan dari kisah kenalan saya itu adalah jualan pulsa. Meski untungnya tak seberapa, asal masih dalam batas menguntungkan, pulsanya akan dijual untuk terus menghidupi usahanya. Sedangkan yang berjualan handphone, itu bisa dikategorikan semacam “ikan besar” untuk level pengusaha semacam dirinya. Meski jualan handphone tak selaris jualan pulsa, tapi dari satu handphone yang terjual, ia bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan besar.

Salah satu unit usaha saya, yakni DapurTulis, yang bergerak di bidang jasa penulisan, juga hidup dari “ikan-ikan kecil” namun rutin layaknya jualan pulsa tadi. Ini saya dapat dari orderan mengisi beberapa kolom di media online, mengelola website perusahaan atau perorangan, hingga ke pembuatan tulisan-tulisan pesanan untuk beriklan di beberapa media. Meski nilainya belum terlalu besar, tapi dengan adanya rutinitas orderan itu, DapurTulis bisa menghidupi beberapa tenaga penulisan yang terus produktif hingga kini.

Sedangkan untuk order besarnya, saya biasanya mendapatkan pesanan pembuatan buku, baik pesanan pribadi, misalnya untuk kampanye politik yang mulai kembali marak, hingga perusahaan yang ingin memperkuat merek usaha atau produknya dengan buku atau majalah eksternal. Selain itu, “ikan besar” lainnya saya dapatkan juga dari order yang diperoleh dari beberapa perusahaan periklanan yang memercayakan pekerjaaannya pada saya. Meski belum banyak, tapi satu nilai proyek seperti ini bisa beberapa kali lipat dari orderan harian yang saya dapatkan.

Inilah yang ingin saya ungkapkan sebagai bagian dari mengamankan jatah bulanan. Asal masih dalam batas menguntungkan, meski tipis, ambil saja semua orderan yang bermanfaat menjaga cashflow Anda. Sebab, dengan cashflow yang terjaga, kita akan lebih mudah mengendalikan dan membesarkan usaha. Mengutip kata rekan saya, “Asal menguntungkan, meski kecil, yang penting sikat dulu. Itu buat melancarkan cashflow usaha. Percayalah, yang besar-besar pasti akan menyusul kalau yang kecil digarap dengan benar.” Bukankah perjalanan satu mil pasti dimulai dari satu langkah?
Selengkapnya...

Saturday, December 18, 2010

“GARUDA PANCASILA”Lambang Negara Indonesia


Burung garuda berwarna kuning emas mengepakkan sayapnya dengan gagah menoleh ke kanan. Dalam tubuhnya mengemas kelima dasar dari Pancasila. Di tengah tameng yang bermakna benteng ketahanan filosofis, terbentang garis tebal yang bermakna garis khatulistiwa, yang merupakan lambang geografis lokasi Indonesia. Kedua kakinya yang kokoh kekar mencengkeram kuat semboyan bangsa Indonesia “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti “Berbeda-beda, Namun Tetap Satu“.Secara tegas bangsa Indonesia telah memilih burung garuda sebagai lambang kebangsaannya yang besar, karena garuda adalah burung yang penuh percaya diri, energik dan dinamis. Ia terbang menguasai angkasa dan memantau keadaan sendiri, tak suka bergantung pada yang lain. Garuda yang merupakan lambang pemberani dalam mempertahankan wilayah, tetapi dia pun akan menghormati wilayah milik yang lain sekalipun wilayah itu milik burung yang lebih kecil. Warna kuning emas melambangkan bangsa yang besar dan berjiwa priyagung sejati.
Burung garuda yang juga punya sifat sangat setia pada kewajiban sesuai dengan budaya bangsa yang dihayati secara turun temurun. Burung garuda pun pantang mundur dan pantang menyerah. Legenda semacam ini juga diabadikan sangat indah oleh nenek moyang bangsa Indonesia pada candi dan di berbagai prasasti sejak abad ke-15.
Keberhasilan bangsa Indonesia dalam meraih cita-citanya menjadi negara yang merdeka bersatu dan berdaulat pada tanggal 17 Agustus 1945, tertera lengkap dalam lambang garuda. 17 helai bulu pada sayapnya yang membentang gagah melambangkan tanggal 17 hari kemerdekaan Indonesia, 8 helai bulu pada ekornya melambangkan bulan Agustus, dan ke-45 helai bulu pada lehernya melambangkan tahun 1945 adalah tahun kemerdekaan Indonesia. Semua itu memuat kemasan historis bangsa Indonesia sebagai titik puncak dari segala perjuangan bangsa Indonesia untuk mendapatkan kemerdekaannya yang panjang. Dengan demikian lambang burung garuda itu semakin gagah mengemas lengkap empat arti visual sekaligus, yaitu makna filosofis, geografis, sosiologis, dan historis.
Mengapa Lambang Garuda Pada Kaos Timnas Digugat?
Maju terus Indonesia !!!!! Garuda didadaku !!!!
Selengkapnya...

Monday, December 13, 2010

Menggapai Sukses Sejati

Mungkin Anda dan saya sering menyaksikan betapa kesuksesan, puncak keberhasilan, atau tercapainya cita-cita, terkadang justru memunculkan semacam krisis eksistensi. Keberhasilan-keberhasilan memang bisa membawa seseorang ke posisi puncak dan bergelimang popularitas. Namun, tak jarang justru pada saat berada di puncak kesuksesan karir itulah seseorang mulai mempertanyakan apa sesungguhnya tujuan hidupnya yang sejati.
Memang, kesuksesan harus ditapaki dengan perjuangan, pengorbanan, konsistensi, dan kerja keras. Semua orang ingin berhasil dan tidak ada sukses yang gratis. Banyak orang salah menafsirkan dan menganggap bahwa kesuksesan tidak memiliki ekses negatif sama sekali. Ini salah! Sukses pasti memiliki ekses negatif jika diraih dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip dasar kemanusian. Misalnya, sukses diraih dengan mengorbankan orang lain atau mengingkari keyakinan kita yang paling dalam. Tetapi ingat, sukses yang diraih dengan cara-cara yang benar sekalipun bisa mendatangkan akibat-akibat negatif.
Popularitas para pesohor misalnya, selain mendatangkan kekayaan, nama besar, pemujaan, bahkan fanatisme, ternyata juga bisa mendatangkan gangguan-gangguan psikologis. Misalnya: kesepian, keterasingan, stres, depresi, neurotik, megalomania, dan ujung-ujungnya lari ke perilaku abnormal atau narkotika. Kita pasti ingat apa penyebab kematian para pesohor seperti Elvis Presley, Marlyn Monroe, John Lenon, dan Bruce Lee. Sukses spektakuler mereka ternyata diikuti pula dengan tekanan-tekanan mental yang ternyata tidak berhasil mereka kuasai. Akhirnya, sukses itu menjadi bumerang dan menghancurkan hidup mereka sendiri.
Sukses itu tidak identik dengan tercapainya semua keinginan material, berlimpahnya harta kekayaan, popularitas atau nama besar. Apa artinya sukses jika itu diraih dengan mengorbankan harga diri, mengorbankan nilai dan keyakinan yang paling dalam, mengorbankan keluarga, saudara, sahabat, atau teman-teman sendiri.
Sukses sejati adalah sukses yang membuat kita merasa bersyukur telah menjadi manusia yang seutuhnya. Sukses yang membuat kita tergerak untuk menularkan dan membantu orang lain mencapai kesuksesannya. Sukses yang membawa manfaat dan kebahagiaan bagi banyak orang. Jika saat ini kita sedang berjuang menggapai sukses, jangan pernah lupa meletakkan tujuan kemanfaatan bagi sesama itu, ke dalam fondasi rancang bangun perjuangan kita. Maka, sukses sejati pasti kita raih!
by Andrie Wongso
Selengkapnya...

Sunday, December 12, 2010

andalah penentu sukses


Suatu hari di sebuah desa kecil, adalah seseorang yang bernama Mulla. Dia terkenal sangat nyentrik dan unik. Sehari-harinya, ia bekerja sebagai seorang penjahit yang terkenal di kampung halamannya. Hari itu, Mulla berperilaku sangat aneh. Seharian dia mencari sesuatu di laur rumah.

Sampai suatu saat, datang temannya dan bertanya kepadanya, “Sedang apa kau Mulla?”

Mulla menjawab, “Sedang mencari jarum wahai temanku!”.

Sore harinya, saat pulang kerja, temannya yang tadi melihat dan menyapa Mulla pulang melewati rumah Mulla dan ia masih tetap saja terlihat mencari jarum di luar lumahnya. Bingung-bingung sendiri, dan sibuk-sibuk sendiri.

Teman tersebut penasaran


Rasa penasarannya yang semakin meningkat membuatnya membantu mencari. Setelah mencari beberapa menit, teman tersebut bertanya, “Mulla, memang jarumnya jatuh di mana? Kok kayaknya ga’ ada di sini?”

Mulla diam sejenak dan kemudian menjawab, “Jarumnya jatuh di dalam!”

Temannya tersebut semakin bingung. Ia lalu bertanya, “Kenapa kamu tidak bilang dari tadi, sehingga kita bisa mencarinya di dalam, bukan di luar seperti ini?”

Mulla tersenyum kemudian dengan tenang seperti tidak punya dosa, ia menjawab, “Di dalam itu gelap. Di sini terang. Bukankah mencari di tempat yang terang lebih mudah daripada mencari di tempat gelap?”

***

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sadari atau tidak, terkadang perilaku kita sangat persis seperti Mulla, dalam mencari kebahagiaan, ketenangan, kesuksesan, kekayaan dan keseimbangan hidup. Kita sering berpendapat bahwa sukses dan kebahagiaan kita ditentukan oleh bisnis, perusahaan atau pun pekerjaan kita. Kita juga sering berpendapat bahwa ketenangan dan kekayaan dapat kita peroleh ketika naik pangkat atau mendapatkan posisi yang penting dalam perusahaan. Secara ringkas, kita sering berpendapat bahwa hal-hal yang ada di luar diri kitalah yang berpengaruh pada kesuksesan kita.

Namun sadarkah kita, apa pun definisi yang telah kita buat tentang kesuksesan, kesuksesan tersebut tetaplah dipengaruhi oleh diri kita sendiri. Ya diri kita sendiri. Bukan orang lain. Bukan pemimpin. Bukan rekan sejawat. Bukan perusahaan. Tapi diri kita sendirilah yang apakah kita akan sukses, akan bahagia, akan tenang dan lain sebagainya.

Karena itulah, buang jauh-jauh faktor yang lain. Fokuslah pada kelebihan diri sendiri. Dan yakini, bahwa kita sendirilah yang bisa menentukan kesuksesan dan kegagalan kita. Kita sukses karena diri kita. Kita gagal juga karena diri kita. Maka dengan keyakinan seperti ini, mental sukses dan pemenang akan terbentuk dalam diri kita! Semoga!
By : Radinal Mukhtar Harahap
Selengkapnya...